KRISTUS DARI SAN DAMIANO


San Damiano Cross

Dikutip dari: Kristus dari San Damiano

Penerbit: Sekretariat Keluarga Fransiskan Indonesia (Sekafi)

PENGANTAR

Di dalam hampir setiap kapel keluarga fransiskan terdapat sebuah salib San Damiano. Gereja Kecil “San Damiano” sangat dicintai oleh Bapa Fransiskus, dan salib yang ada di dalamnya sangat berperanan dalam hidupnya. Dalam buku “AKU FRANSISKUS” (Carlo Carretto), digambarkan Fransiskus sendiri berbicara:

“Di luar kota Asisi, di Selatan Gerbang Porto Nuova, ada suatu tempat yang sangat saya cintai. Di padang rumput yang suasananya amat sunyi itu ada gereja batu yang sangat indah, kecil dan sederhana. Namanya San Damiano. Rasanya gereja kecil itu dibangun sesuai dengan selera saya. Saya bukan hanya mencari orang-orang miskin, tetapi juga gereja-gereja miskin, semacam gereja itu. Saat pertama kali saya hidup dalam kesunyian di sana, selagi saya berdoa di gereja kecil itu sambil duduk atau berlutut, saya menemukan bahwa banyak retakan dan celah, baik di dinding maupun di atap. Gereja mulai runtuh. Di atas altar tergantung sebuah salib kayu berbentuk bisantin, yang menarik perhatian dan yang sangat menyentuh hati saya adalah keagunagn Yesus dan pandangan mata-Nya yang bersinar begitu ramah dan lembut. Berjam-jam saya lewati hanya dengan memandang, berdoa dan menangis. Begitu sering saya menangis, sampai saya sendiri merasa malu dan berkata kepada diri sendiri,

“Fransiskus, engkau seperti anak kecil.”

Akan tetapi saya terus menangis, dan air mata itu menyegarkan saya. Ketika pada suatu hari saya memandang salib itu lagi, saya mendapat kesan yang jelas sekali bahwa bibir Yesus Yang Tersalib bergerak, dan pada waktu yang sama saya mendengar suara yang berkata, “Fransiskus, perbaikilah rumah saya, yang seperti kaulihat, sudah hampir roboh ini.”

Tak dapat saya ungkapkan, betapa hebatnya saya tergoncang …. Saya merasa dikuasai oleh suatu kelemahlembutan tanpa batas, dan saya beranjak mendekat untuk mencium salib itu …(hlm. 29-30)

Salib San Damiano memperlihatkan rahasia penyelamatan Tuhan Yesus Kristus dengan cara yang sangat menyentuh hati Bapa Fransiskus. Karena itu, dengan ‘membaca’ salib ini, kita sedang melangkah masuk ke dalam nuansa spiritualitas fransiskan yang murni.

Semoga!

TUHAN YANG BANGKIT

Salib dari San Damiano bukan suatu lukisan dalam pengertian orang Barat: suatu perhiasan, dengan maupun tanpa pesan religius. Sebab Kristus dari Gereja San Damiano adalah sebuah ikon. Dalam pemahaman orang Timur, ikon adalah tanda kehadiran dari Sang Kudus sendiri, sebagaimana kita hayati dalam perayaan sabda dan sakramen. Karena itu, apabila kita “membaca”, menatap atau menghormati sebuah ikon, sebenarnya kita sedang merayakan liturgi.

Ikon kita ini tanpa tumpuan kaki, tingginya 210 cm, lebarnya 130 cm. Ia dilukis sekitar tahun 1100, pada kain rami yang dipasang di atas kayu yang kuat. Pelukis (= pemimpin liturgi) yang tidak diketahui namanya, berasal dari Umbria. Meskipun salib ini bergaya Romawi, ada pengaruh dari Timur. Gaya bisantin ini masuk Umbria melalui para rahib dari Siria yang sejak abad ke-6 tinggal di suatu biara di atas Gunung Monte Luco, dekat Spoleto.

Yang paling menonjol pada ikon ini adalah Yesus. Bahwa Ia tokoh yang dipentingkan, tampak dalam ukuran tubuh-Nya, yang menutupi bagian terbesar dari seluruh salib, dan bersinar terang. Dengan demikian diberikan kesan bahwa Ia berdiri di depan orang-orang lain yang digambarkan di sekitarnya. Efek tersebut juga mendapat aksen khusus karena warna-warna tua yang mengelilingi tubuh Yesus, teristimewa warna hitam di belakang tangan dan kaki-Nya.

Pada ikon kita, Yesus tidak digambarkan sebagai yang menderita, atau sangat kesakitan, bukan pula sebagai yang sedang atau sudah mati, melainkan berdiri tegak di atas tumpuan kaki, dan lengan-Nya melengkung sedikit. Mahkota berduri tidak ada, wajah-Nya diterangi sebuah karangan sinar.

Namun yang menjadi jelas juga ialah bahwa bagi Kristus ini tidak ada kemuliaan tanpa kebengisan salib, olok-olokan orang, kesakitan serta kematian. Parut-parut kehidupan-Nya tanda solidaritas dengan umat manusia yang sedang menderita digambarkan dalam luka-luka yang berdarah pada tangan, kaki dan lambung. Kedursilaan dan kehancuran yang Yesus alami, oleh si pelukis digambarkan dalam rupa-rupa orang yang main peranan dalam kisah sengsara, seperti perwira yang memimpin pasukan prajurit, serdadu yang menikam lambung Yesusu, dan orang-orang yang tanpa kepercayaan mengolok-olok.

Semuanya bersama-sama menyingkapkan seluruh karya keselamatan Tuhan. memang itu tujuan dari salib ini. segala hal lain yang dapat dilihat dalam ikon ini (semua rupa, hubungan, dan keindahan estetis) hanya menunjang tujuan tersebut.

MENURUT YOHANES

Waktu sang pelukis menciptakan ikon ini, ia membiarkan diri diilhami oleh Injil Yohanes. Rasul Yohanes adalah satu-satunya murid yang bersama dengan beberapa wanita berdiri di kaki salib Golgota. Yoh.19,26 Jadi, dengan mata kepala sendiri ia melihat, dan kemudian memberikan kesaksian bahwa darah dan air mengalir dari lambung Yesus, setelah seorang prajurit menikam dengan tombak. Yoh.19,34 “Kesaksiannya benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya” Yoh. 19,35. Klemens dari Aleksandria menyebut bahwa Injil Yohanes adalah sebuah ‘injil rohaniah’, yang bertolak belakang dengan ‘injil-injil badaniah’ dari penginjil sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas). Para penginjil sinoptik umumnya memperlihatkan segi kemanusiaan dari kehidupan Yesus seperti lazim dapat dilihat pula pada banyak gambar di dunia Barat.

Ikon kita ini, bersama Yohanes, mendekati dan menggali rahasia terdalam dari Kristus yang datang ke dunia ini sebagai terang, Yoh. 1,9 supaya yang percaya kepada-Nya tidak tinggal dalam kegelapan. Yoh. 12. 46

Injil keempat menggambarkan pertempuran antara terang dan kegelapan Yoh. 1,5 Hasil pertempuran itu cukup jelas pada ikon kita: di depan dasar gelap yang merupakan latar belakang, sosok Yesus bercahaya. Gelap melambangkan segala-galanya yang merupakan lawan dari cahaya itu: ketidakpercayaan, dosa dan kematian. Karangan sinar yang mengganti mahkota berduri, memperlihatkan bahwa penderitaan dan kematian Tuhan dalam karangan sinar yang sama, digambarkan berbentuk salib dipersatukan dengan kemuliaan-Nya. Dengan demikian, doa Yesus yang berbunyi, “Bapa, telah tiba saatnya: muliakanlah Anak-Mu”, dikabulkan. Yoh.17,1

Warna merah lambang cinta kasih menentukan corak ikon seluruhnya. Dengan demikian, ikon ini adalah tempat yang dramatis, di mana terang dan cinta mengalahkan kegelapan

KERAJAAN ALLAH

Bingkai salib ini dihiasi oleh serangkaian kulit kerang. Karena keanekaragaman bentuk dan warna dan karena sifat tahan lamanya, sejak dahulu kala kulit kerang melambangkan keindahan dan keabadian, yang dijanjikan kepada kita di dunia seberang kematian kita nanti. Jadi, bingkai hiasan yang khas ini menerangkan bahwa ikon ini ingin menyingkapkan rahasia surgawi.

Menarik perhatian, bahwa di bagian bawah salib bingkai hiasan itu terputus. Tempat ini merupakan semacam pintu gerbang, untuk masuk kota suci, Yerusalem baru. Di ambang pintu gerbang ini kita temukan sosok beberapa orang. Dua dari antara mereka masih dapat kita lihat, yang lain sudah tidak terlihat akibat cium penghormatan dari orang-orang beriman yang banyak datang untuk menghormati ikon ini. Dua orang ini yang dapat dilihat tubuh bagian atasnya saja mewakili semua orang beriman. ‘Bagian atas’ itu melambangkan bahwa mereka sudah masuk ke dalam rumah surgawi, Kerajaan Allah, firdaus yang baru, tetapi belum sepenuhnya.

Di pusat ikon ini, sosok tubuh Yesus yang besar dengan jelas digambarkan sebagai pohon kehidupan, di dalam kota kudus. Kej.2,9; Why.22,14,19 Orang-orang yang ada di bawah lengan terentang tidak memerlukan cahaya lampu dan matahari lagi sebab Tuhan Allah sendiri menerangi mereka. Why.22,5 Mereka adalah buah-buah dari pohon kehidupan ini. “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah”. Yoh.12,24

YESUS SEBAGAI IMAM AGUNG

Satu-satunya pakaian yang dipakai oleh Yesus Yang Dimuliakan itu ialah sepotong sarung pinggang dari kain lenan dihiasi pelipit keemasan. Pakaian semacam ini dipakai oleh seorang imam dalam melaksanakan tugas. Kel.28,31-43 Sarung pinggang ini dipakai pula oleh seorang Mesir. 1 Sam. 2,18 Orang Ibrani menyebutnya ‘efod’. Sarung pinggani ini pendek sekali, dari pinggang sampai paha. Karena itu, peraturan liturgis melarang seorang imam untuk naik ke atas tangga mezbah, supaya auratnya tidak terlihat. Kel 20, 26

Dalam Kitab Suci beberapa kali dilaporkan bahwa kain lenan ‘efod’ ini dipakai oleh seorang imam. Misalnya, Raja Daud sendiri memakai sebuah ‘efod’ sewaktu ia berfungsi sebagai imam 2 Sam.6,13-19, seperti tertulis dalam kitab Samuel, “Daud mengorbankan seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan. Daud menari-nari di hadapan Tuhan dengan sekuat tenaga, ia berbaju efod dari kain lenan. Demikianlah Daud dan seluruh orang Israel mengangkut tabut Tuhan dengan diiringi sorak dan bunyi sangkakala… Kemudian Daud mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di hadapan Tuhan…, dan diberkatinyalah bangsa itu demi nama Tuhan Semesta Alam. Lalu dibagikannya kepada seluruh bangsa itu… seketul roti bundar, sekerat daging, dan sepotong kue kismis”.

2 Sam 6,16.20-23 Karena Raja Daud memakai ‘efod’ yang sangat pendek itu melompat dan menari, istrinya Mikhal merasa malu.

Jika kita sekrang dengan mengikuti Kitab Samuel membandingkan Imam Daud dan Imam Yesus, akan kita lihat bahwa Yesus mengangkat imamat-Nya ke tingkat yang lebih tinggi.

  • Daud mempersembahkan korban bakaran dan korban sembelihan, sedangkan Yesus berkata, Ibr.10,1-18 “Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki, tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagi-Ku. Lalu Aku berkata, ‘Sungguh, aku datang…untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku’.” Yesus datang untuk mengganti semua korban binatang: Dialah Anak Domba, Sang Korban sendiri!
  • Daud menari-nari di hadapan Tuhan dengan sekuat tenaga. Sambil melambaikan kaki dan tangan, dengan seluruh tubuhnya Daud mengungkapkan betapa ia mencintai Tuhannya. Yesus pun mencintai Bapa-Nya, dan berkata, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Bapa”. Yoh. 4,34. Karena itu, Ia merendahkan diri, mengambil rupa seorang hamba, menjadi manusia, dan hidup dalam ketaatan, sampai mati di kayu salib. Fil. 2, 6-8
  • Diiringi sorak dan bunyi sangkakala, Daud mengeluarkan bunyi-bunyi kegembiraan… sedangkan dari salib Yesus berseru, “Saya haus”. Yoh.19,28 Yang berarti: “Saya mencintai Engkau, ya Allahk-Ku; saya mencintai engkau: ya umat-Ku”. Inilah seruan seseorang yang menjadi ‘jembatan’ antara surga dan bumi.
  • Waktu tabut Tuhan dibawa ke dalam Yerusalem, Daud memberkati bangsanya, dalam arti: ia meminta kepada Tuhan supaya Tuhan mencurahkan daya hidup ke atas bangsanya. Pada salib Yesus menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. Yoh. 19,30 Inilah arti ‘memberkati’ yang sesungguhnya!
  • Raja Daud memberkati bangsanya sendiri, rumah Israel. Bagi Yesus bukan karena kelahiran orang masuk ke dalam rumah Israel (yang baru),  melainkan karena ketaatan kepada Firman Tuhan, “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan Firman Allah dan melakukannya”. Mat.12,50
  • Daud membagi-bagikan kepada seluruh bangsa seketul roti, sekerat daging, dan sepotong roti kismis. Bahan makanan ini, yang ditambahkan pada korban bakaran, sebenarnya sudah menunjuk pada Perayaan Ekaristi. Dalam Perayaan Ekaristi Yesus menyerahkan diri sebagai maknan untuk hidup yang kekal. Yoh 6.48-58

(6) SEPERTI TABIR BAIT SUCI

Menarik perhatian kita bahwa penampakan Allah kepada manusia selalu diselubungi awan. Penampakan-Nya melampaui daya penglihatan manusia. Misalnya, sewaktu diadakan perjanjian di atas Gunung Sinai Kel.19,18, kemuliaan Allah ditutupi dengan asap. Pula hal badaniah dari Yesus, sebenarnya menutupi kemuliaan Allah. Untuk menjelaskan hal ini, Rasul Paulus membandingkan tubuh Yesus dengan tabir bait suci Ibr.10,20 , yang menutup mahakudus dalam bait suci itu. Waktu rupa dan pakaian Yesus berubah di atas gunung, awan yang terus menyelubungi Yesus, seolah-olah menghilang seketika, dan tampaklah kemuliaan-Nya: “Wajah-Nya bercahaya seperti matahari, dan pakaian-Nya menjadi putih seperti terang”. Mat.17,2 Hanya Petrus, Yakobus dan Yohanes menjadi saksi kemulian Tuhan pada waktu itu. Dalam Injil Yohanes, anugerah khusus yang diberikan kepada ketiga rasul tadi, secara nyata disampaikan kepada semua orang beriman. Bagi Yohanes, setiap orang yang beriman betul, sudah masuk ke dalam lingkup kemuliaan Yesus. Karena itu, Yesus berkata kepada Marta, “Jikalau engkau percaya, engkau akan melihat kemuliaan Allah” Yoh.11,40 Sehubungan dengan pesta perkawinan di Kana, Yohanes menulis: “Hal ini dibuat Yesus sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya, dan dengan itu Ia menyataan kemuliaan-Nya, dan murid-murid-Nya percaya kepada-Nya” Yoh 2,11. Dalam pesta perkawinan itu hadir pula saudara-saudara Yesus Yoh.7,5, tetapi mereka tidak percaya, dan mereka juga tidak meilhat kemuliaan-Nya: mereka hanya melihat Yesus ini, anak seorang tukang kayu, saudara dari si anu…. Santo Paulus juga mengalami hal itu: 2 Kor.5,16 “Jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian” Yang penting bukan apa yang dapat dilihat secara badaniah Yoh.6,63, melainkan apa yang diimani secara rohaniah. Semakin orang percaya kepada Kristus, semakin dapat ia melihat kemuliaan-Nya.

7) MATA YESUS

Dalam ikon kita, Yesus tidak tergantung pada kayu seperi seorang yang telah mati, dengan kepala tertunduk dan mata tertutup. Sebab Yesus ini mengangkat kepala-Nya ke atas, dan mata-Nya terbuka lebar. Sikap ini menunjukkan bahwa di sini kita berjumpa dengan Sang Hidup Sejati.

‘Hidup sejati’ berarti bagi Yesus: mengosongkan diri seperti piala anggur seluruhnya, demi penghiburan dan kebahagiaan orang lain. “Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?” Luk.24,26 Aneh sekali! Kehidupan Yesus mencapai puncaknya pada saat Ia kehilangan hidup-Nya. Pada kayu salib, Yesus menjadi sumber kehidupan semua manusia.

Pada ikon mata Yesus tampak relatif besar. Penggambaran ini ingin menyampaikan kepada kita bahwa Yesus adalah Sang Pelihat Sejati. Yoh.6,46 Ia adalah satu-satunya yang pernah melihat Bapa-Nya karena Ia berada di dalam pangkuan Bapa Yoh.1,18. Pengalaman dari ‘telah melihat Bapa’ itu, ingin Yesus bagi-bagikan kepada kita. Dialah yang mewahyukan Bapa-Nya kepada kita karena dalam Dialah kita melihat Bapa, “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku” Yoh 14, 7

Dalam surat pertamanya, Yohanes mengatakan, “Kita tahu bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama sepeti Dia sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya”. 1 Yoh.3,2 Dalam Dia yang adalah ‘Sang Pelihat Sejati’, kita akan melihat pula! Dengan mata besar Yesus, kita dilihat pula! Ia adalah gembala dengan penglihatan yang tajam, yang mengenal semua domba, dan yang memanggil semua domba itu masing-masing menurut namanya. Yoh.10,3-14

Mata Yesus menatap persis ke arah pertengahan di antara surga dan bumi. Seperti telah kita renungkan di atas, Yesus diperkenalkan dalam ikon ini sebagai imam agung, yang mempersembahkan diri kepada Bapa-Nya. Jadi, karena Ia adalah pengantara Ibr.8,6, dengan mata-Nya Ia memusatkan perhatian-Nya pada yang pusat: pada pertengahan, di antara surga dan bumi. Cara-Nya menatap serius, tetapi sekaligus dengan suka ria. ‘Serius’ karena Yesus amat menyadari bahwa Ia adalah pusat dari apa yang sedang terjadi; ‘dengan suka ria’ karena Yesus tahu bahwa kekuatan-kekuatan dosa dan maut sudah dipatahkan. Mat.16,18

8) LEHER YESUS

Dalam Kitab Suci, daya penciptaan Tuhan Allah disebut ‘nafas kehidupan’ atau ‘roh’

Kisah Pentakosta menggambarkan kekuatan ini seperti ‘tiupan angin keras’Kis.2,2, suatu kekuatan suci, bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi seperti aliran energi yang menghangatkan hati. Daya dorong inilah yang pada mulanya melayang-layang di atas permukaan air Kej.1,2. Gerak ilahi inilah yang dihembuskan ke dalam hidung manusia pertama, sehingga ia mulai hidup. Daya hidup roh Allah Kej. 2,7 inilah yang memenuhi Yesus Luk.4,1.14, dan yang mengembusi para murid dengan kekuatan besar, serta menggairahkan mereka. Sesudah kebangkitan-Nya, pada waktu Yesus menampakkan diri-Nya kepada murid-murid-Nya Yoh.20.22 dan menghembuskan nafas kehidupan-Nya ke atas mereka, Yesus bukan hanya menarik nafas panjang, melainkan diberikan kesan bahwa dengan suatu kekuatan besar Ia meniup, sampai paru-paru-Nya kosong…. Kekuatan besar inilah yang digambarkan pelukis kita melalui rupa leher Yesus yang cukup cegak. Hal yang sama dengan leher semacam itu sering kita lihat di dalam ikon-ikon lain, pula apabila Yesus digambarkan sebagai seorang anak.

(9) RENTETAN TEMA

Pesan salib dari San Damiano yang membesarkan hati kita ialah bahwa dinamika salib tidak berhenti pada kematian yang ngeri dan kuburan yang tertutup, melainkan lewat penderitaan, kematian, dan kuburan menunjuk pada kenyataan bahwa Yesus telah bangkit, naik ke surga, dan dimuliakan. Semua tema ini sebagai mahkota atas karya keselamatan Yesus seluruhnya dapat ditemukan dalam ikon ini.

  • PENDERITAAN: Pada bagian terdahulu sudah dijelaskan bahwa bagi Yesus tidak ada kemenangan tanpa kegagalan, tidak ada kemuliaan tanpa salib, dan tidak ada Paskah tanpa Jumat Agung. Sang Terbangkitkan mengalami hidup sebagai seorang manusia di dunia ini. Segala kerapuhan yang terlekat pada keadaan sebagai manusia itu, digambarkan dalam luka-luka pada lambung, kaki dan tangan yang mengalirkan darah. Dengan demikian mau ditonjolkan: Anak Allah Yang Hidup ini memikul bekas kesengsaraan kehidupan kita semua. Atau, seperti yang telah ditemukan oleh Rasul Tomas dengan mata dan tangannya sendiri: bekas-bekas dari apa yang terjadi pada Yesus, tidak terhapuskan sesudah kebangkitan-Nya. Yoh.20,24-29

Pada waktu seorang prajurit menikam Yesus dengan tombak, darah dan air mengalir dari lambung-Nya. Yoh.19,34 Yohanes menjadi saksi dari kejadian itu, dna kesaksiannya mempunyai arti khusus: darah Yesus menghubungkan kita dengan Allah Bapa, dan air adalah keperluan hidup yang vital bagi segala mahluk yang hidup Yoh. 4.6-15 Dalam Injil Yohanes, Yesus sering menyebut diri ‘sumber air yang hidup’ Yoh. 7, 37-39

  • KEMATIAN DAN KUBURAN: Bagian persegi yang gelap di belakang lengan terentang Yesus, menggambarkan makam yang dipakai oleh Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus untuk menguburkan jenazah Yesus. Yoh.19, 38-42

  • KEBANGKITAN: Apabila kita melihat sosok tubuh Imam Agung Yesus yang begitu tegak, kita hampir lupa akan manusia yang dihukum mati dengan cara yang begitu ngeri; sebab seluruh sikap tubuh-Nya sebenarnya mengungkapkan peristiwa kebangkitan-Nya. Pada balok horisontal, di ujung kiri dan kanan, kita lihat dua wanita saleh yang pada hari Paskah pagi menemukan kosongnya makam Luk.24.1-3. Di bawah tangan Yesus, dekat tempat makam itu, kita melihat pula dua kali malaikat Luk. 24,4 yang sibuk bicara. Dengan tangan mereka menunjuk pada Yesus yang telah bangkit, seolah-olah berkata, “Mengapa kami mencari Dia yang hidup di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit”. Luk 24, 5-6

  • KENAIKAN: Dalam sebuah lingkaran merah di sebelah atas adalah gambar Yesus yang naik ke surga dengan memegang panji salib. Kenaikan Yesus ini dikelilingi oleh barisan malaikat.

  • KEMULIAAN: Yesus disambut oleh Bapa-Nya, yang dalam lingkaran yang merah paling atas dilambangkan oleh tangan kanan-Nya. Sesudah naik ke surga, Yesus duduk di sisi kanan Bapa-Nya.

(10) TOKOH-TOKOH DI SAMPING YESUS

Pelukis telah memilih siapa saja yang mendapat tempat dalam ikon ini, di bawah lengan Yesus yang terentang. Kita mengetahui mereka itu karena pelukis menulis nama di bawah kaki mereka, pada balok merah-hitam itu, dengan huruf putih, kuning. Dari kiri ke kanan mereka adalah Maria, Yohanes, Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus, dan Kepala Pasukan Seratus (centurio). Mrk. 15,39-40 Selain Penginjil Markus, Penginjil Yohanes juga menyebut mereka ini di antara orang-orang yang berdiri di bawah salin di Golgota. Yoh 19, 25-26 Dengan melihat mereka berada dekat Yesus dalam ikon ini, doa Yesus, “Ya Bapa, Aku mau supaya di mana pun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaan-Ku…” Yoh.17,24, telah terkabul.

Wajah kelima orang ini bermandikan sinar. Mereka menjadi ‘anak-anak terang’ Yoh. 12,36, dan tentang mereka tertulis, “Tuhan Allah akan menerangi mereka, dan meeka akan memerintah sebagai raja selama-lamanya”. Why. 22,5

Secara lahirian semua tokoh ini mirip satu sama lain. Ciri ini menunjuk pada kebenaran bahwa bukan kesalehan pribadi yang terpenting, melainkan “Kristus adalah semua, dan di dalam segala sesuatu” Kol.3,11. Dalam mereka telah terpenuhi kata-kata S.Paulus, “Dengan demikian semua akan mencapai kedewasaan, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” Ef.4,13 Hal ‘mirip satu sama lain’ (mata besar, mulut kecil, roman muka yang lonjong) menyangkut Yesus pula. Semua ciri yang ada pada mereka, ada pada Yesus. Hal ini mengingatkan kita akan kata-kata S. Paulus, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukannya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran anak-Nya” Rm.8,29. Seperti Anak ini adalah ‘gambar hidup’ dari Bapa Kol 1,15 “siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” kita pun dibentuk sesuai gambar Bapa itu. Dalam Yesus rencana penciptaan Allah yang pertama dihidupkan kembali, “Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita”. Kej.1,22

(11) MARIA

Di Taman Getsemani, Yesus menyimpulkan seluruh program hidup-Nya dengan, “Ya Bapa, jadilah kehendak-Mu, bukan kehendak-Ku” Luk.22,42. Begitu pula perkataan Maria pada waktu dipanggil untuk menjadi bunda anak Allah Bapa, “Terjadilah menurut perkataan-Mu” Luk 1,38. Karena itu, Maria disebut “Yang Dirahmati Tuhan” Luk 1,28, dan dalam tradisi Gereja ia diberikan tempat terhormat. Pelukis kita memberikan tempat kehormatan itu sesuai adat-istiadat orang Timur dengan menggambarkan Maria paling kanan dari Yesus. Mzm.45,10

Di tempat itu, wajah Maria berpaling kepada Yohanes, dengan cara lembut dan penuh keheranan. Sebab Yesus berkata kepadanya, “Ibu, inilah anakmu” Yoh.19,26. Berhubung dengan kata-kata Yesus, “Sayalah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya” Yoh 15,5, Maria menjadi sadar bahwa rahasia Kristus diteruskan dalam kehidupan para murid, seperti Yohanes …. Ia menunjukkan keheranannya dengam membawa tangan kiri sampai ke mulutnya. Hal yang sama terlihat pada gambar Maria Magdalena. Akan tetapi, yang dilukiskan hanya gerak-awal isyarat ini, rupanya dengan maksud supaya bagian dagu kedua wanita tidak tertutup oleh tangan. Maria menunjuk kepada Yesus dengan tangan kanan. Dengan cara demikian ia memberikan isyarat bahwa Yesuslah yang merupakan pokok percakapan bersama Yohanes. Dengan isyarat yang sama, Maria pada pesta perkawinan di Kana menyampaikan kepada para pelayan Yoh.2,5, bahwa Yesus adalah pengantin laki-laki Perjanjian Baru, waktu ia berkata, “Apa yang ia katakan kepadamu, buatlah itu”.

Dalam ikon ini ada beberapa orang yang tersenyum, seperti Maria. Pasti senyuman Maria berhubungan dengan kabar gembira dari malaikat yang berbunyi, “Salam, hai engkau yang dikaruniai …” Luk.1,28, dan sekaligus terkabullah kata-kata kenabian Maria sendiri, “Segala keturunan akan menyebut aku berbahagia karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku”Luk.1,48

Kecantikan yang terpancar pada wajah Maria adalah pantulan dari wajah Yesus Yang Dimuliakan. Dalam Perjanjian lama Kej.12,14; 24,16; 27,7;Ydt.8,7; Est.1,11, wanita seperti Sara, Rebeka, Ribka, Yudit dan Ester dilihat sebagai orang-orang yang mendahului Maria sebagai karyawati dalam sejarah keselamatan Tuhan, dan tentang mereka dikatakan bahwa mereka cantik dan elok parasnya.

Dalam Kitab Suci pakaian kadang-kadang penuh makna. Sering pakaian menyingkapkan sesuatu makna di belakang kenyataan yang kelihatan. Yes.52,1;61,3 Ikon kita dengan jelas memakai ‘bahasa pakaian’ ini, guna menghubungkan orang-orang yang dikenakan pakaian itu dengan Allah. Luk.7,25 Di sini kita melihat Maria diselubungi mantel yang lebar dan putih Why.3,4. Tentang mantel itu dapat dikatakan tiga hal:

Pertama, pakaian putih ini mengungkapkan kemenangan dari kesetiaan pada Injil Why.3,5, “Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih demikian”. Hal ini pasti berlaku bagi dia yang meremukkan kepala ular! Kej.3,15 Kedua, pakaian yang putih adalah tanda kemurnian. Maria dikenakan mantel putih karena dengan seluruh hidupnya ia terarah kepada Tuhan. Akhirnya, pakaian ini adalah tanda perbuatan-perbuatan yang baik, yang Allah laksanakan melalui orang-orang kudus-Nya, Why.19,7-8 “Hari pernikahan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. Kepadanya dikaruniakan kehormatan memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan, dan yang putih bersih. Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus”. Apabila kita menyadari bahwa pekerjaan satu-satunya yang Allah harapkan dari kita adalah “percaya kepada Dia yang telah diutus Allah”  Yoh 6,29, dapat dimengerti bahwa Maria, yang “telah percaya apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan”Luk.1,45, dan yang melahirkan Firman Allah menjadi darah dan daging, dikenakan mantel putih ini!

Pada mantel yang putih ini, dipasang sejumlah besar batu yang berharga. Batu-batu permata dan manikam ini melambangkan pemberian-pemberian Roh Kudus Kej.24,22; Yeh.28,13; Yes.6,10, yang diberikan kepada Maria karena ia adalah wanita penuh rahmat.

Di bawah mantel yang putih dan lebar itu Luk.1,28, Maria dikenakan baju warna merah tua. Merah adalah lambang cinta; dan merah tua menunjuk pada cinta yang lebih intens lagi, yang mengena bagi seorang ibu yang jiwanya ditembus pedang penderitaan yang disebabkan putranya. Luk.2,35

Akhirnya: terlihat bahwa pada lengan kiri Maria memakai sebuah sarung yang berwarna ungu tua. Dengan cara yang halus warna ini menjelaskan bahwa Maria adalah ‘kemah suci’ dan ‘tabut perjanjian’ firman Allah yang menjadi manusia. Menurut Kitab Keluaran Kel.26,1-4, bagian dalam dari kemah suci dihiasi dengan kain ungu tua, kain ungu muda dan kain kirmizi. Dalam kemah suci dengan warna tersebut, ditempatkan tabut perjanjian yang di dalamnya tersimpan loh kesepuluh firman yang disampaikan kepada Musa. Kel.32,15-16 Kemah suci dengan tabut perjanjian inilah menjadi gambar wanita, yang dalam kandunganya membawa Firman Yang Hidup, Yesus Kristus.

12) YOHANES

Yohanes adalah murid yang paling dikasihi Yesus Yoh.13,23; 19,26; 20,2; 21,7.20. Waktu perjamuan terakhir, ia duduk dekat Yesus di sebelah kanan-Nya. Ia duduk begitu dekat pada Yesus, bahkan kepalanya bersandar pada dada Yesus. Tempat sebelah kanan Yesus menunjuk pada kedudukan khas Yohanes. Banyak pelukis memberikan perhatian kepada hal itu, dan begitu pula pelukis kita. Ia menempakan Yohanes langsung di samping luka lambung Yesus yang mengalirkan air dan darah, yang dilihat Yohanes di Golgota. Yoh.19,34

Bahwa Yohanes mendapat tempat di antara Yesus dan Maria, ada arti tertentu. Hal ini menggarisbawahi hubungan khusus yang dijalin Yohanes dengan keduanya: dengan Yesus sebagai murid yang dikasihi-Nya, dan dengan Maria, yang setelah kematian Yesus menjadi ibunya Yoh.19,27. Ia berdiri sebagai seorang anak yang berbahagia dan yang puas karena merasa dicintai dan mencintai kedua-duanya. Dalam cinta ini ia memalingkan wajahnya kepada Maria, dan dengan tangan kanannya ia menunjuk Yesus, yang menjadi pokok pembicaraannya dengan Maria.

Dalam ikon kita, Yohanes tampak sebagai seorang pemuda yang segar, yang memakai mantel merah gading. Warna ini mengingatkan kita bahwa Yohanes memiliki hikmat yang mendalam. Lebih daripada semua penulis lain dalam Perjanjian Baru, ia adalah seorang yang bertahun-tahun merenungkan perkataan dan perbuatan Yesus, sebelum ia menulis hasil renungan itu pada kertas. Sebagai seorang tua yang berbudi akhirnya ia membagi-bagikan pemahaman rahasia besar yang memenuhi diri seluruhnya, ialah: Allah menjadi manusia di dalam diri Yesus. Jadi, dalam diri Yesus itu kita dapat melihat Allah. Ia menegaskan: iman-kepercayaan kita akan rahasia itu harus dapat terlihat dalam penghayatan cinta kasih persaudaraan di antara kita.

Sarung putih yang dipakai di bawah mantelnya melambangkan keterarahan yang murni dari hidupnya, yang dengan hikmat dan pemahaman yang benar memampukan dia untuk memusatkan segala perhatiannya pada perbuatan ajaib Allah.

(13) MARIA MAGDALENA

Di sebelah kiri Yesus berdiri Maria Magdalena. Pakaian yang kemerah-merahan – warna yang melambangkan cinta – cocok bagi wanita ini karena tentang dia Yesus mengatakan, “Ia telah banyak berbuat kasih” Luk.7,47. Kepalanya bersentuhan dengan kepala Maria, ibu Yakobus, dan tangan kirinya dibawa ke mulutnya. Bagian yang kecil-kecil ini mengungkapkan bahwa kedua wanita ini tidak sedang bercakap-cakap secara sembarangan, tetapi bahwa Maria Magdalena sedang mengemukakan sesuatu yang mengherankan dirinya sendiri, sampai menjadi kagum, “Saya, orang berdosa, berdiri di sisi Yesus!”. Betul, pernah Ia berkata, “Sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi yang terdahulu, dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang terakhir”.  Luk.13,30

Maria Magdalena yang oleh Yesus dibebaskan dari tujuh roh jahat Luk. 8,2-3 menurut tradisi kuno Gereja sama dengan perempuan berdosa dari Lukas 7:36-50, yang dalam rumah seorang farisi membasahi kaki Yesus dengan air matanya dan menyekanya edngan rambutnya. Ia termasuk kelompok pengikut Yesus yang paling setia, yang melayani Yesus dalam perjalanan-Nya sampai Golgota. Pengaruh yang kuat dari kasih Yesus terhadap dia seolah-olah terpancar dari wajahnya Yoh.19,25. Pada Paskah pagi Yoh.20,1, dialah orang pertama yang melihat bahwa batu sudah digulingkan dari pintu kubur. Penginjil Yohanes menulis penampakan khusus Yesus kepada Maria Magdalena, yang kemudian lari kepada para rasul untul memberitahukan, “Aku telah melihat Tuhan!” Yoh.20,18. Pasti ia hadir pula di tengah-tengah para perempuan di ‘ruang atas’ di Yerusalem, setelah Yesus terangkat ke surga, untuk bertekun dan sehati dalam doa Kis.1,14, bersama Maria, ibu Yesus, dan saudara-saudara Yesus, sebagai persiapan pembaptisan dalam Roh. Kis.1,5

(14) MARIA, IBU YAKOBUS

Maria yang dilukiskan sebagai tokoh keempat di bawah salib, adalah ibu dari Yakobus dan Yusuf, dua saudara sepupu dari Yesus Mat.27,56. Mereka telah mempunyai suatu gambaran tentang Yesus: ia anak seorang tukang kayu, dan ia telah melarikan diri dari rumahnya …. Keluarganya tidak terlalu tinggi kedudukannya. “Kami kenal ibunya dan saudara-saudaranya. Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” Mat.13,53-58 Meskipun Yesus sudah agak lama keluar dari lingkungan masa mudanya, mereka masih menempatkan Dia dalam kotak yang mereka bangun bagi-Nya. Sikap semacam ini tidak memperlihatkan suatu keterbukaan, kerelaan untuk menerima sesuatu yang baru, ataupun suatu kegembiraan karena satu di antara mereka telah menjadi seorang manusia istimewa…. Yesus membahasakan hal itu dengan berkata, “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya!” Mat.13,57 Jadi, dari sanak saudara dan dari kelompok kenalan-Nya Yesus tidak dapat menantikan sesuatu yang baik, ataupun simpati. Akan tetapi, di sini Ibu Maria merupakan suatu pengecualian. Sebagai anggota keluarga-Nya, ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, di mana akan terjadi konfrontasi terbesar antara Yesus dan mereka yang tidak percaya kepada-Nya dan menolak-Nya…, dengan akibat yang fatal itu. Di dalam ikon ini, dekat Yesus, ia mewakili semua orang beriman yang kesetiaannya diragukan oleh orang-orang dalam lingkungannya. Dengan perhatian besar wanita ini mendengarkan apa yang dipercayakan kepadanya oleh Maria Magdalena. Gerak tangannya mengungkapkan kekaguman yang besar terhadap Yesus, yang melepaskan temannya dari cakar roh-roh jahat dan dari cengkeraman dosa-dosa.

(15) CENTURIO

Hanya para penginjil sinoptik melaporkan kehadiran seorang ‘centurio’ (kepala pasukan seratus prajurit) di bawah salib. Peristiwa di Golgota begitu mengesan baginya, sampai ia berseru, “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah” Mat.27,54 Dalam ikon ia memegang sepotong kayu. Di atas bahu kirinya muncul wajah seorang anak, dan di atas kepala anak itu terlihat dahi tiga orang lain lagi, yang rupanya berada di belakang anak itu. Semua ciri ini memperlihatkan bahwa pelukis kita menyamakan ‘centurio’ ini dengan dua tokoh Romawi yang berbeda dalam Injil. Yang pertama: potongan kayu itu adalah benda yang menunjuk pada perwira yang telah menanggung pembangunan rumah ibadat di Kapernaum Luk.7,1-10. Ia seorang kepala tentara yang bersimpati kepada orang-orang Yahudi, dan ia mengutus beberapa orang tua-tua Yahudi kepada Yesus dengan pesan untuk meminta supaya Ia datang dan menyembuhkan hambanya yang sakit keras dan hampir mati. Orang Romawi kedua yang disinggung disini adalah seorang pegawai istana, yang berasal dari Kapernaum pula Yoh.4,46-54. Ia sendiri pergi kepada Yesus untuk meminta supaya Yesus datang dan membebaskan anaknya dari kematian. Setibanya di rumah, ia temukan anaknya dalam keadaan sehat. Penyembuhan ini merupakan sebab bagi pegawai ini beserta seluruh keluarganya untuk mulai percaya kepada Yesus sebagai ‘Yang Hidup’. Mungkin pelukis tidak memasang sebuah lingkaran cahaya di sekeliling kepala pegawai istana ini untuk menghemat tempat supaya tempat itu diberikan kepada anak dan keluarganya di atas bahu kiri itu. Di antara ‘lima yang besar’ yang berdiri di bawah salib Yesus, hanya ‘centurio’ ini yang mengangkat kepalanya dan memandang Yesus.

Apabila kita membaca kedua cerita tentang perwira dan pegawai istana di atas ini, menjadi jelas bahwa ‘hidup sejati’ tidak terjamin berkat kedudukan tinggi atau kuasa dna senjata sebab hidup semacam itu tidak menghasilkan sesuatu, dan akan mati pada masa mudanya. Hidup sejati hanya diperoleh jika kita menerima Firman Yesus. Dialah tanda hidup dari kehadiran Allah di tengah-tengah kita Luk.7,9. Kepercayaan itu tidak ditemukan Yesus di Israel, tetapi justru di wilayah orang kafir, termasuk Kapernaum. Menurut para penginjil: di sanalah dapat ditemukan orang-orang beriman yang sejati. Hal tersebut memalukan orang-orang beriman ‘yang resmi’…: mereka sering mengakui dengan mulut, tetapi hati mereka jauh dari Allah. Mat.15,8

(16) DUA ORANG YANG KECIL

Di sebelah kiri Maria dan sebelah kanan ‘centurio’ berdiri dua orang bersosok tubuh kecil. Yang kiri adalah Longinus, prajurit Romawi. Pelukis bahkan menulis namanya! Ia memegang tombak yang ia pakai untuk menikam lambung Yesus di Golgota. Pakaian seragamnya sama dengan pakaian dari ‘centurio’.

Laki-laki kecil di sebelah kanan adalah seorang yang lewat di sana, yang menghujat Yesus dengan berkata, “Jikalau Engkau betul Anak Allah, selamatkanlah Diri-Mu, dan turunlah dari salib itu” Mat.27,40. Wajahnya kurang simpatik, kepalanya dipandang dari samping, sehingga hidungnya yang panjang sangat menonjol. Cara melukis semacam ini (profil samping) jarang terdapat dalam tradisi kesenian ikon sebab semua kepala lazimnya digambarkan dari depan. Yang mau ditonjolkan cukup jelas: ia seorang Yahudi, hal yang dapat terlihat pula pada pakaiannya, yang serupa dengan pakaian petugas rumah ibadat.

Kedua lelaki kerdil ini berdiri dalam sikap yang sama: lutut mereka tunduk sedikit, tangan ada di panggul, dan wajah mereka memandang kepada Yesus. Mereka berdua mewakili semua orang yang terlibat dalam perkara penyaliban Yesus, aik orang Romawi maupun orang Yahudi. Penginjil Yohanes menyebutkan kedua kelompok ini, “Yudas datang dengan sepasukan prajurit (Romawi!) dan dengan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi (Yahudi!) lengkap dengan lentera, suluh, dan senjata…”. Yoh.18,3

Mengapa sosok tubuh mereka begitu kecil? Agar kita tidak membesar-besarkan peranan mereka dalam perkara Yesus! Sebab, sulit dikatakan siapa yang akhirnya membunuh Yesus. Tidak ada orang yang mengambil nyawa Yesus Yoh.10,18; karena Yesus menyerahkan nyawa menurut kehendak-Nya sendiri!

Manusia dapat mengolok-olok, menyesah, menyalibkan, dan akhirnya membuang Dia…, tetapi dengan cara demikian Ia dibawa lebih dekat pada kemuliaan-Nya

Yang mengherankan ialah bahwa orang-orang yang membunuh Dia sekarang memandang Dia, seperti tertulis, “Mereka akan memandang Dia yang telah mereka tikam” Yoh.19,37. Sesudah membunuh Dia, mereka menjadi sadar bahwa Yesus ini adalah Anak Allah. Mata mereka terbuka dan mereka mulai percara kepada-Nya, dan… mulai hidup! Hal ini berlaku pula bagi orang yang menghujat, kendati tanpa nama, ia berdiri di dalam ruang bingkai hiasan salib ini, dan dengan demikian ia menerima bagian dalam Kerajaan Allah juga. Menurut Kisah Para Martir Romawi, sekitar tahun 58 Longinus dibunuh karena imannya di Kaisarea (Kapadokia).

(17) AYAM YANG BERKOKOK

Di samping lutut kaki kiri Yesus, pelukis menggambarkan seekor ayam jantan. Apa artinya? Mengingat pesan ikon kita, ayam ini pasti tidak dapat dilihat sebagai ‘ayam Petrus’ Yoh.18,27. Sebab ikon ini menghadapkan kita dengan Yesus yang dimuliakan, dan dengan orang-orang yang dipilih-Nya, jadi dengan kata lain sesudah semua pencobaan lewat. Luk.1,78 Ayam di sini melambangkan matahari yang terbit. Orang-orang yang hidup sangat dekat dengan alam dapat mengerti lambang ini dengan baik. Dalam tradisi kekristenan fajar dan matahari terbitmenjad lambang dari Yesus Mesias, yang dalam Perjanjian Lama beberapa kali disebut dengan lambang itu. Nabi Bileam sudah menyebut Mesias “bintang terbit dari Yakub” Bil.24,17. Nabi Yesaya berkata, “Aku membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa” Yes.49,6. Maleakhi berkata, “Bagi yang menakuti nama-Ku, akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya” Mal.4,2. Cahaya ini kita perlukan supaya kaki kita tidak terantuk di jalan Yoh.11,9. Cahaya ini harus kita teruskan kepada orang lain supaya dapat menerangi semua orang Mat.5,14-16.

(18) DI KAKI SALIB

Di bagian bawah, di kaki salib, terlihat meskipun bagian ini tidak utuh lagi, sosok dua orang. Mereka tiba-tiba muncul dalam tahun 1938, waktu ikon ini dipugar oleh seorang bernama Rosario Alliano. Tokoh-tokoh lain yang menemani kedua orang ini telah menghilang, menjadi korban kesalehan banyak orang beriman yang berabad-abad lamanya datang untuk menghormati ikon ini dengan ciuman mereka.

Orang-orang yang muncul kembali ini siapa? Karena nama mereka hanya dapat diterka, dikatakan: mungkin St.Damianus, pelindung gereja yang bersangkutan, dan St.Rufinus, pelindung kota Asisi, dll. Nama-nama ini hanya dugaan saja, yang jelas orang-orang ini berada dalam ruangan yang tepinya dihiasi dengan kulit kerang, artinya mereka berada di dalam Kerajaan Allah! karena itu pantas pula bahwa si pelukis menggambarkan sebuah lingkaran cahaya di sekeliling kepala mereka. Namun demikian, mereka tidak dapat melihat Yesus dari tempat ini… Mereka berada di dalam Kerajaan Allah janya dengan bagian tubuh atas saja 2 Kor.5.1-6. Jadi, belum dengan seluruh tubuh. Bagi mereka berlaku apa yang dikatakan oleh Santo Paulus tentang orang kristen yang masih mengembara di dunia ini, “Di dalam Yesus Kristus Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus (lingkaran cahaya!) dan tak bercacat di hadapan-Nya” Ef.1,4. Dalam situasi mereka, mereka tidak dapat melihat Yesus secara penuh, tetapi seperti dalam cermin, hanya dapat mereka lihat suatu gambaran yang samar-samar 1 Kor.13,12; suatu ketika barulah mereka akan melihat muka dengan muka.

Hendaknya kita orang beriman menempatkan diri dalam orang-orang ini, sebab, “Kita sudah dimateraikan dengan Roh Kudus yang dijanjikan-Nya” Ef.1,13. Kita dipanggil untuk memperoleh kemuliaan Kristus 2 Tes.2, 14. Akan tetapi, kita masih dalam perjalanan 2 Kor.5.1-6 “selama masih mendiami tubuh ini”. “Meskipun manusia lahiriah semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. 2 Kor. 4,16-17 Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya”. Begitulah kesaksian ikon kita ini.

(19) BATU KARANG

Di bagian paling bawah, salib kita menghilang ke dalam tanah yang berbatu. Dengan cara demikian mau dikatakan bahwa salib yang melukiskan seluruh Kerajaan Allah ini didirikan di atas batu karang. Secara spontan kita ingat akan kata-kata Yesus dalam Injil Matius, “Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga” Mat.16,18-19. Kepercayaan yang diberikan Yesus kepada Petrus dalam teks ini begitu besar, sehingga tidak sebanding lagi dengan ukuran manusia sebenarnya…! Dalam Kitab Mazmur Mzm.103,15-16 Mzm.39,7, hidup manusia dibandingkan dengan bunga di padang: apabila angin melintasinya, maka tak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi …. Di lain tempat dikatakan bahwa manusia hanyalah bayang-banyang yang berlalu, dan di tempat lain lagi dijelaskan bahwa manusia seperti sebutir debu pada neraca: neraca tak bergerak! Mzm.62,10 Dalam Kitab Yesaya kita membaca bahwa para bangsa tidak lebih daripada setitik air pada pinggir timba: mereka hampir tidak perlu diperhitungkan! Yes.40,15

Akan tetapi, ‘pada umumnya’ Allah menciptakan mahluk yang kecil ini dengan baik, malah seperti tertulis dalam Kitab Kejadian ‘baik sekali’ Kej.1,31 … Dengan demikian sebenarnya terungkap bahwa pada hakikatnya manusia diciptakan untuk membangun Kerajaan Allah!

Melalui mulut Petrus, manusia menyebut Yesus dengan nama “Mesias, Anak Allah yang hidup” Mat.16,16. Pengakuan Petrus ini adalah kunci masa depan penuh harapan, sebab dnegan pengakuan ini dimaksudkan: di luar Mesias Kristus tidak ada Kerajaan Allah. Jadi, manusia melalui Petrus ingin membangun dunia baru di atas Kristus sendiri. Sebaliknya, karena pengkuan yang demikian Yesus dapat membangun di atas Petrus, meskipun tokoh kunci ini lemah dan sering lalai. Dengan memilih Petrus, Yesus, Anak Allah yang hidup, dalam Perjanjian Baru berbuat sama dengan yang Allah Bapa-Nya sendiri buat dalam Perjanjian Lama, ialah berkarya dengan manusia yang lemah, rapuh, dan kerapkali bersalah.

(20) TULISAN PADA SALIB

Di atas lingkaran cahaya besar yang mengelilingi kepala Yesus dalam kotak merah ditulis pada salib dengan huruf emas:

‘J H S   N A Z A R E’

J H S adalah tiga huruf besar dari nama Yesus dalam bahasa Yunani. Di bawah, di dalam kotak hitam, terdapat huruf-huruf dengan warna perak-putih:

‘R E X   I V D E O R V’

Lengkapnya, tulisan pada salib itu berbunyi Yoh 19,9:

‘Iesus Nazarenus, Rex Iudaeorum’,

yang berarti: Yesus dari Nazaret, Raja Orang Yahudi. Karena alasan politik, bangsa Yahudi yang dijajah oleh kekaisaran Romawi sudah beberapa kali berusaha untuk mengangkat Yesus menjadi raja. Akan tetapi, Yesus menolak usaha itu karena Ia mau menjadi seorang ‘manusia rajawi’ yang betul, artinya: tidak tinggi, sehingga terjangkau lagi, tidak jauh dari orang, tidak mencari hormat dan untung bagi diri-Nya, tidak mau dilayani, melainkan mau melayani, sebagai yang terendah, sebagai hamba, sebagai budak … Dari segala-galanya terasa bahwa Allah sendiri ada di belakang Dia, yang menjadi ‘manusia rajawi’ yang betul ini. Waktu anak-anak Zebedeus bertanya kepada Yesus Mrk.10,35-45 apakah mereka dapat diangkat menjadi perdana menteri atau minister presiden dalam kerajaan-Nya, Yesus menjawab bahwa hal itu mungkin juga, asal mereka dapat mengerti dan dapat menghayati bahwa kata ‘menteri’ dan ‘minister’ sebenarnya berarti ‘seorang bawahan yang tahu melayani’. Raja-raja dan menteri-menteri yang sejati tidak berada di atas bangsanya, tetapi melayani dari bawah. Hanya dengan cara demikian dapat bertumbuh hidup baru, yang melawan segala penindasan dan kematian. Karena dalam hidup-Nya Yesus sudah membuat suatu pilihan yang jelas, dan tidak berkompromi dengan kekuatan-kekuatan yang mengancam kehidupan, tepatlah bahwa Ia menerima gelar ‘raja’

(21) KENAIKAN

Lingkaran merah, di sebelah atas judul salib, memperlihatkan kepada kita tahap rahasia hidup Yesus yang lain. Gerak mengangkat kaki kanan menunjukkan bahwa kenaikan ke surga digambarkan, “Sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapa-Mu, kepada Allah-Ku dan Allah-Mu” Yoh.20,17. Warna emas pakaian-Nya menunjukkan kemenangan dan pemerintahan-Nya. Pada bahu-Nya berkibar sehelai selendang merah tua, tanda bahwa dasar pemerintahan-Nya adalah cinta kasih.

Dengan tangan kiri Ia memegang sebuah panji salib, instrumen yang membawa kemenangan-Nya. Sekarang salib dari emas itu menjadi tampuk suatu kekuasaan yang bercirikan keadilan Mzm.45,7. Kita menatap salib ini, sambil berkata bersama Santo Paulus, “Kita memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan, dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah” 1 Kor.1,23-24.

Kelihatannya Yesus tersenyum. Sekarang Allah telah mengurapi-Nya dengan minyak sebagai tanda kesukaan Mzm.45,8. Akhirnya semua penderitaan sudah lewat, dan Ia tampil sebagai pemenang, keluar dari segala pergulatan, masuk rumah Bapa. Di samping kiri dan kanan dari lingkaran merah itu ada barisan dua kali lima malaikat. Mereka menyambut Yesus secara meriah, merayakan kemenangan-Nya. Seperti Yesus sendiri dalam lingkaran merah, mereka pun berpakaian merah dan emas.

Karena kenaikan Yesus, ada orang yang ditinggalkan. Seperti semua orang yang ada di dalam ikon kita ini. Mereka harus berjalan terus tanpa Yesus, dengan kekuatan mereka sendiri, tetapi juga dengan bantuan Roh-Nya. Bagi mereka ‘kenaikan’ berarti: masuk ke dalam ‘gerakan ke arah atas’, menjadi manusia ‘malaikat’ dan bumi ‘surga’.

(22) DI SISI KANAN BAPA

Dari setengah lingkaran merah paling atas dalam ikon, kita lihat bagian bawahnya saja. Lingkaran ini melambangkan Allah Bapa. Kita mengenal-Nya karena Yesus mewahyukan kepada kita. Ia tinggal di tengah-tengah kita sebagai Yang-Tak-Terselami, dan sebagai Yang-Tak-Terhampiri, di atas segala-galanya.

Tidak ada orang yang mengenal ‘bagian atas’ … Inilah rahasia Allah yang tidak dapat kita terobos dengan mata kita. Dalam setengah lingkaran ini, kita melihat sebuah tangan (kanan). “Ia yang naik ke surga, duduk di sisi kanan Bapa Yang Mahakuasa”. Tangan ini menunjuk kepada tempat kemuliaan Yesus. Tangan Bapa membuat isyarat memberkati: dalam berkat ini disingkapkan apa yang belum pernah dilihat mata orang.

Dua jari tangan yang diangkat sejak dahulu merupakan lambang yang menunjuk kepada Roh Kudus. Dengan cara demikian, ikon ini menegaskan bahwa kita tidak boleh melihat Anak Allah lepas dari Bapa dan Roh Kudus!

Tinggalkan komentar